Melalui Teacher Wellbeing untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

banner 120x600

Oleh Dina Martha Tiraswati, M.Pd

(Pengawas SMK Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Provinsi Jawa Barat)
 

BANDUNG, DISDIK JABAR, IDISICOM – Secara harfiah, dalam bahasa Indonesia, pengertian wellbeing yaitu kesejahteraan. Dari berbagai definisi mengenai wellbeing, dapat diambil benang merah mengenai pengertian wellbeing, yaitu konsep kesejahteraan terdiri dari dua elemen utama; merasa baik dan berfungsi dengan baik. Perasaan bahagia, puas, senang, ingin tahu, dan keterlibatan adalah karakteristik seseorang yang memiliki pengalaman positif dalam hidup mereka — sama pentingnya bagi kesejahteraan adalah fungsi kita di dunia.

Mengalami hubungan positif, memiliki kendali atas kehidupan seseorang, dan memiliki perasaan memiliki tujuan adalah semua atribut penting dari kesejahteraan.
Memenuhi tuntutan industri 4.0, guru dituntut meningkatkan kualitas profesinya.

Profesi yang berkualitas tidak akan tercapai jika guru tidak memiliki pribadi berkualitas, sekaligus sejahtera. Oleh karena itu, guru perlu mengalami kondisi wellbeing, yaitu perasaan sejahtera, baik secara fisik maupun psikis. Teacher wellbeing secara mendalam dapat diartikan sebuah kondisi evaluasi emosional dan kognitif guru terhadap kehidupan mereka yang berkaitan dengan kebahagiaan, kedamaian, pemenuhan, dan kepuasan hidup.

Teacher wellbeing dibangun oleh dua komponen umum, yaitu dimensi kognitif dan afektif. Kepuasan hidup (life satisfaction) adalah salah satu bagian dari dimensi kognitif karena berkaitan dengan keyakinan evaluatif tentang kehidupan guru.

Dimensi kognitif mencakup bidang kepuasan/domain kepuasan individu dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga, komunitas, kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan waktu luang.

Sedangkan dimensi afektif adalah dimensi dasar teacher wellbeing, dimana di dalamnya termasuk suasana hati dan emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Masalah teacher wellbeing dapat muncul akibat tuntutan peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan.

Stres kerja memiliki pengaruh signifikan pada terwujudnya teacher wellbeing. Sebaliknya, kemampuan membangun teacher wellbeing akan berdampak pada peningkatan rasa bahagia dan kualitas dalam beraktivitas sehingga berdampak pada peningkatan kinerja.

Kesejahteraan guru atau teacher wellbeing merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia dalam bidang pendidikan. Hal tersebut disebabkan banyaknya tuntutan yang diberikan oleh pihak sekolah, namun tidak sebanding dengan wellbeing yang dirasakan.

Banyaknya tuntutan yang diberikan pada guru oleh pihak sekolah dapat memengaruhi kondisi wellbeing guru dan meningkatkan stres. Berikut beberapa strategi melalui teacher wellbeing yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan:

Baca Juga  Budaya Kontemporer Berdasarkan Prinsip Prinsip Hak Azasi Manusia

1. Program Pelatihan dan Pengembangan Profesional
Menyediakan pelatihan reguler dan kesempatan pengembangan profesional untuk guru agar dapat terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Fokus pada penggunaan metode pengajaran yang inovatif dan terkini serta integrasi teknologi dalam pembelajaran.
2. Dukungan Psikologis dan Emosional
Menyediakan dukungan konseling dan mentoring untuk membantu guru mengelola stres, tekanan, dan beban kerja.
Mendorong budaya kerja yang mendukung komunikasi terbuka dan saling pengertian di antara staf sekolah.
3. Manajemen Waktu dan Beban Kerja yang Seimbang
Mengelola beban kerja guru dengan bijak dan menyediakan dukungan tambahan saat diperlukan, seperti asisten pengajar atau penugasan tugas tambahan.
Memastikan penugasan tugas sesuai keahlian dan minat guru.
4. Pengakuan dan Apresiasi
Memberikan pengakuan dan apresiasi kepada guru atas prestasi mereka, baik dalam bentuk penghargaan formal, pemberian insentif, atau pengakuan sederhana.
Mendorong budaya apresiasi di antara staf dan siswa.
5. Fasilitas dan Lingkungan Kerja yang Nyaman
Memastikan fasilitas fisik dan lingkungan kerja yang nyaman dan aman untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental guru.
Menyediakan fasilitas penunjang, seperti ruang istirahat dan area rekreasi.
6. Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan
Mendorong partisipasi guru dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan sekolah dan program pembelajaran.
Memberikan ruang bagi gagasan dan masukan guru dalam pengembangan kurikulum dan strategi pembelajaran.
7. Pendekatan Kolaboratif
Mendorong kolaborasi antara guru, staf sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan kerja sama tim.
Menyelenggarakan pertemuan rutin untuk berbagi ide dan pengalaman, menciptakan atmosfer yang mendukung.
8. Pengelolaan Konflik yang Efektif
Memberikan pelatihan dalam manajemen konflik untuk membantu guru menyelesaikan masalah interpersonal dengan cara yang konstruktif.

Mendorong komunikasi terbuka dan pemecahan masalah kolaboratif.
Membangun teacher wellbeing merupakan sebuah strategi sinergis harmonis yang perlu diupayakan oleh setiap guru dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan.

Baca Juga  Jaga Habitat Penyu, Ratusan Siswa dan Guru Gelar Aksi Pungut Sampah di Pantai Pangumbahan

Oleh karena itu, penting bagi pihak pimpinan sekolah untuk memperhatikan beban kerja guru serta merancang program yang mengeratkan interpersonal dan kedekatan antarguru.

Sehingga, bisa tercapai kesejahteraan guru yang pada akhirnya dapat memengaruhi kinerja guru dan kemajuan pendidikan. Melalui teacher wellbeing, kepentingan guru sebagai pribadi berkualitas akan terpenuhi, sama halnya guru memenuhi kepentingan pekerjaan berkualitas yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.*** ( Imas )

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *